Selasa, 26 Agustus 2025

Sidowarno Desa Pengrajin Wayang yang Mendunia

Sidowarno Desa Pengrajin Wayang yang Mendunia

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Dukuh Butuh, Desa Sidowarno di tepi Sungai Bengawan Solo, bukan lagi sekadar titik di peta Klaten. Pepohonan bambu yang merunduk di pinggir jalan dan deretan balai latihan tatah sungging mengukir jejak panjang tradisi wayang kulit. Namanya sudah mendunia, Kampung Wayang Sidowarno (26/08/2025)

Dari hasil sharing dan ngobrol santai kami, terungkap bahwa perubahan signifikan Desa wisata ini baru terasa setelah sosok Mamik Ketua Kelompok KUBE Bima dan Suraji Ketua Pokdarwis, dari dukuh Butuh serta Baron dari Astra turut berkecimpung dalam pengelolaan dan pendampingan desa dibawah KBA ( Kampung Berseri Astra), sementara Pokdarwis Bengawan Solo Berseri, sendiri hadir sebagai jembatan antara kerajinan lokal dan program pengembangan Astra tersebut.  

Sejak awal 1950-an, kerajinan wayang kulit tumbuh secara mandiri berkat semangat Alm Mbah Kasimo Mertua dari Ketua RT Hartoyo, masing-masing pengrajin saat itu bisa berkreasi di rumahnya, memanggang kulit, menatah, melukis, lalu menjual sendiri hasilnya. Pendekatan individual itu membuat Sidowarno hidup sederhana, namun kreativitas itu kurang berkembang dan tidak berkelanjutan, Jumlah pengrajin terus merosot, antusiasme pun terkikis. Baru ketika Lurah Rujito membentuk 20 Kelompok Usaha Bersama pada 2009, desa ini mulai terlihat progressnya, meski pada akhirnya hanya KUBE Bima yang bertahan, dan dari 11 pendiri hanya lima yang tersisa, namun saat ini seiring perkembangan zaman perlahan keanggotaannya sudah mulai berkembang banyak seiring dengan progress yang dicapai.  

Masuknya program Kampung Berseri Astra pada 11 Agustus 2018 membuka lembaran baru. Mamik, salah seorang pentolan kelompok KUBE Bima, mengaku sempat ragu menerima tawaran CSR. “Kami anggap ini program korporasi yang jauh dari kebutuhan kami sehari-hari. Baru setelah tim Astra Solo datang, kami baru memahami komprehensinya,” ujarnya. Pernyataan senada juga datang dari Suraji yang menyatakan bahwa “Pendampingan dari Astra tidak sekadar dana, melainkan penguatan empat pilar, kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan lingkungan, yang berbaur dalam semangat gotong royong.” paparnya. 

Menurut Suraji Ketua Pokdarwis sekaligus Salah satu ketua RT di Butuh Sidowarno menambahkan “Di bidang kesehatan, Posyandu kita gerakkan ulang. Pengrajin dan keluarga kini rutin cek status gizi anak dan lansia. “Pilar ini menjaga stamina pengrajin agar tenaga dan konsentrasi mereka tetap optimal saat menatah kulit,” terang Suraji. Posyandu juga menjadi ruang sosialisasi pola hidup bersih, mencegah penyakit kulit yang kerap menghantui pekerja tatah sungging.  

Pendidikan bukan sekadar urusan sekolah. Tim Astra juga menggandeng guru dari Pokdarwis, PAUD dan SD untuk menggelar pelatihan membuat wayang mini dan tari topeng. Anak-anak terlibat proses kreatif, membangun kecintaan pada budaya lokal sekaligus mengurangi screen time hp. Suraji bangga melihat generasi muda berani tampil di panggung sekolah dengan tayangan wayang buatan sendiri. “Mereka bukan hanya penonton, tapi kelak generasi penerus pengrajin,” ujarnya.  

Aspek wirausaha menjadi poros perubahan terbesar. Sebelum ikut program, setiap perajin jalan sendiri, produksi, pemasaran, hingga keuangan terpisah. Astra memfasilitasi pertemuan rutin antar KUBE, membentuk skema kemitraan dan pembukuan terpadu. Suraji mengungkapkan, “Kami belajar menghitung modal, margin, dan harga jual. Kini produk tetap alami, tapi lebih terstruktur.” Pasar pun melebar, dari pasar lokal hingga pameran virtual, yang dikelola oleh admin kami.

Kesadaran lingkungan melengkapi kreasi. Limbah kulit menjadi peluang, sisa potongan diolah jadi gantungan kunci dan kaligrafi kulit. Desa Sidowarno kini memproduksi aneka kerajinan, mengurangi sampah, sekaligus menambah nilai jual. Winanto menegaskan, “Kami tidak ingin meninggalkan jejak polusi. Tradisi wayang ini harus lestari, untuk tanah, air, dan generasi mendatang.”  

Sinergi bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bengawan Solo Bersinar mengokohkan status Desa Sidowarno Wisata Wayang. Pokdarwis memetakan jalur kunjungan, menyusun paket wisata, dan menjalin kerjasama dengan homestay dan warga. Kerja bareng ini membuat Sidowarno dikenal bukan hanya sebagai kampung kerajinan, melainkan destinasi budaya lengkap. Pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan wayang, mencicip jamu tradisional, hingga belajar kaligrafi kulit di dukuh Butuh Sidowarno.

Sejak 2021, segudang prestasi telah diukir, Juara 1 Kompetisi Kampung Berseri Astra Superior, Juara 2 Kampungku Kebanggaanku, Juara Harapan 1 Virtual Exhibition, hingga Juara 1 KBA Inovasi. Penghargaan Anugerah Desa Wisata 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mengukuhkan Sidowarno di peta pariwisata nasional. Lebih dari itu, kemenangan-kemenangan itu mematri kepercayaan diri warga, menciptakan rasa memiliki bersama.  

Pengalaman Suraji menyiratkan satu hal, pendampingan yang tulus membuka pintu kolaborasi. “Program KBA (Kampung Berseri Astra) tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga membuka wawasan, jaringan pasar, dan kerja sama lintas sektor,” ujarnya. Dengan bimbingan intensif, mulai pelatihan teknis produksi hingga penyusunan artikel digital marketing, para perajin tak lagi sendirian menjajakan produk.  

Kini, setiap sudut desa bercerita. Di Omah Wayang, pendopo kecil tempat proses dekor kulit mentah dan paduan pigmen warna, wisatawan bisa merasakan langsung atmosfer kerajinan kuno yang dihidupkan kembali. Sementara di rumah berdinding anyaman bambu, keluarga perajin menyambut tamu dengan teh jahe hangat dan cepuk jamu racikan tradisional. Semuanya tersaji dalam paket edukasi yang dikurasi Pokdarwis. Etalase produk juga tersaji apik menampilkan beragam souvenir dan contoh produk wayang yang dibikin dan di simpan di Pendopo Omah Wayang.

Apa yang terjadi di Dukuh Butuh membuktikan kekuatan sinergi, masyarakat, korporasi, dan pemerintah mampu bersama-sama merajut masa depan. Suraji mengakhiri percakapan dengan harapan, “Kami ingin desa ini jadi model pengembangan budaya berbasis komunitas. Ke depan, anak-cucu kami menghidupi tradisi wayang tanpa kehilangan martabat dan peluang ekonomi.”  

Ipunk pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community memaparkan “Kini Dukuh Butuh telah bertransformasi, dari sekedar kampung kerajinan menjadi Desa Wisata Pengrajin Wayang. Langkah kecil bersama, dan hadirnya program Astra, serta semangat Pokdarwis mengantarkan Sidowarno pada panggung dunia. Semoga tradisi berakar ini terus lestari, meski sempat diterpa badai covid yang meluluh lantakkan perekonomian global, tetapi desa ini tak berhenti di masa lalu, mereka tetap optimis bangkit menatap masa depan dengan wayang sebagai kebanggaan lokal sekaligus aset wisata berkelanjutan.” terangnya.

Kedepan kami juga telah menjalin kerjasama dengan Pokdarwis Bengawan Solo Berseri pimpinan Suraji guna bisa terlibat bersama dalam upaya pengembangan wisata kami akan membawa kunjungan tamu ke desa ini guna bisa melihat langsung proses pembuatan wayang berikut segala potensi yang ada di dalamnya.” jelas Ipunk.

Akhirnya pertemuan silaturahmi kami dengan segenap pengurus Pokdarwis Suraji, Ketua RT Hartoyo dan beberapa anggota telah menambah perbendaharaan tentang sejarah desa, pengalaman, kearifan lokal dan keyakinan bersama untuk ikut bekerja sama dalam memajukan potensi desa wisata Sidowarno. Semoga langkah kecil ini bisa terus bersinergi harmonis kedepannya. 

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 
CHANEL7.ID 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali  KLATEN- ngantilalicaraneturu.com Kesan pertama melihat bulir jali seringkali...