Kamis, 04 September 2025

Denyut Olahraga di Gedung Badminton Desa Tjokro

Denyut Olahraga di Gedung Badminton Desa Tjokro

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Diantara gemerlap keramaian pariwisata Desa Tjokro, terdapat sebuah ruang sederhana yang menyimpan denyut olahraga sekaligus keakraban antar sesama. Gedung Badminton SDN 1 Cokro bukan sekadar lapangan dengan penerangan cahaya lampu, melainkan oase kebugaran untuk warga desa yang haus gerak dan pertemanan. Di sela riuhnya pedagang kaki lima dan UMKM serta kemeriahan atraksi budaya pariwisata, bangunan ini mengundang siapapun, dari pelajar hingga pekerja, untuk menyentuh raket, mengejar kok, dan membiarkan keringat menyiram semangat kolektif di lapangan hijau imitasi (03/09/2025).

Fasilitas milik kelurahan Desa Tjokro ini dikelola individu yang akrab disapa Kembar, dimana selalu menebarkan wajah ramahnya pada setiap pengunjung di sekitar gedung. Sejak sore menjelang petang, pintu bangunan telah terbuka, lampu neon menyala, menandakan pintu energi baru terbuka. Kembar siap menyambut tamu dengan senyum hangat, memastikan keranjang kok terisi, jala net kokoh terpasang, dan kerlip cahaya yang menuntun para atlet dadakan memasuki arena tanpa hambatan. Di samping Kembar, istrinya, Putri, memegang kendali kantin, melengkapi ritme sore dengan aroma kopi, jajanan hangat, dan atmosfer kekeluargaan.

Kembar dan Putri menjalankan kerjasama bak duet yang berpadu, saling menguatkan. Ketika raket terkepal, paru-paru terbuka, dan otot berkontraksi di lapangan, Putri menyediakan nasi bungkus, mie goreng, atau sekadar air mineral dingin. Persediaan stok olahraga, kok, selalu tersedia, mencegah siapa pun terhalang oleh terbatasnya peralatan. Pada momen tertentu, pemandangan sederhana kantin berubah menjadi ruang diskusi kecil, tawa gemas tentang smash ke lapangan kosong, celoteh tentang rencana kerja bakti desa, hingga curhat ringan seputar urusan sekolah atau tetangga.

Rabu malam menjadi semacam tradisi tak tertulis di Gedung Badminton SDN 1 Cokro. Tim olahragawan Rivermoon datang dengan formasi lengkap, beberapa karyawan hadir untuk absen olahraga, banyak juga pendatang baru, untuk berlatih intensif dan sparing. Suara raket memukul kok bergantian, gemuruh langkah menyalip langkah, meresap dalam kesunyian malam. Kehadiran rekan-rekan Rivermoon bukan hanya soal teknik dan stamina, mereka memancing antusiasme warga lokal. Warga yang semula ragu mengangkat raket, tiba-tiba terdorong menjejakkan kaki ke atas garis batas lapangan dan mulai ikut bertanding, karena menyaksikan kolega mereka memperagakan backhand mematikan.

Pada Sabtu malam, suasana kian cair. Booking mendadak sering terjadi ketika warga desa pulang kerja ingin melepas penat sebelum Sabtu malam bergulir. Lapangan yang mulanya kosong di rentang hari biasa, seketika ramai. Warna jersey berpadu, bawaan tas jinjing berisi sepatu dan kok bertebaran di lorong kecil, menandakan kerinduan pada semangat kolektif permainan. Bahkan mereka yang berasal dari desa tetangga tak segan menempuh jalan berdebu semata-mata untuk merasakan getar persaingan sehat di arena Gedung Badminton Tjokro.

Di hari-hari libur atau siang yang sepi jadwal, gedung tak pernah terkunci sepenuhnya. Fasilitas ini membuka peluang bagi siapapun, pelajar yang sakit hati karena kalah turnamen catur, petani yang ingin mengalihkan pikiran sejenak, kakek-kakek yang rindu mengayunkan kok, untuk masuk dan bermain. Keikutsertaan lintas usia inilah yang menjadikan Gedung Badminton SDN 1 Cokro menjadi unik, olahraga bukan monopoli kelompok tertentu, melainkan wadah interaksi antar generasi. Terjalin di sana kehangatan ketika kakek menasehati anak kecil soal teknik grip, atau sebaliknya.

Meski berstatus fasilitas kelurahan, biaya sewa gedung super terjangkau, tiga puluh ribu rupiah per sesi dan bermain sepuasnya. Harga ini dirancang agar tidak mematikan semangat, melainkan mengundang sebanyak mungkin hati yang haus gerak. Dengan tarif segitu, satu keluarga, ayah, ibu, anak, bisa berburu keringat bersama tanpa memikirkan beban biaya. Kembar memaparkan bahwa tujuan utamanya bukan mencari keuntungan besar, melainkan menciptakan ruang inklusif, siapapun, dari kalangan mana pun, dapat merasakan manfaat olahraga dan kebersamaan.

Seiring waktu, Gedung Badminton SDN 1 Cokro menyerap lebih dari sekadar kok dan raket, ia merangkul cerita-cerita kecil yang terus bergulir. Ada siswi SMA yang menemukan disiplin baru setelah rutin berlatih, lalu memperbaiki nilai raport. Seorang tukang bakso yang dulunya hobi berburu pelanggan pun jadi tertarik memanfaatkan jeda selepas kerja untuk berolahraga dan menginspirasinya untuk merancang menu baru. Ada juga bapak-bapak pensiunan yang kembali bugar, dan berbagi resep sehat sambil terus menyambar kok dengan gesit.

Lebih dari lapangan, tempat ini menjadi “markas” sosial. Saat antri di kantin, obrolan seputar turnamen antar desa, perkembangan infrastruktur, hingga isu terkini desa mengalir deras. Warga saling bertukar informasi, di mana ada proyek jalan, siapa yang butuh relawan, kapan jadwal gotong royong balai desa dijadwalkan. Akhirnya, Gedung Badminton ini turut memperkuat jaringan sosial, merajutkan simpul-simpul komunitas yang sebelumnya tersekat ruang matriarch-patriarch dan urusan keseharian.

Tak kalah penting, gedung badminton malam hari memancarkan cahaya harapan. Bagi pemuda yang rentan terjerumus pada tawuran atau kebiasaan negatif, arena ini menawarkan alternatif, berlomba dalam sportivitas, mengasah strategi, serta merajut persahabatan antar tim. Kembar mengaku sering menolak permintaan untuk menutup gedung terlalu awal, karena ia melihat betapa pentingnya lampu-lampu neon tak hanya menerangi lapangan, tetapi juga menerangi jalan hidup pemuda desa.

Menjelang tutup, biasanya jam sebelas malam, bangku plastik di pinggir lapangan dipenuhi cerita penutup. Sepasang remaja merencanakan turnamen informal, komunitas pemuda desa berembuk soal laga amal untuk dana panti asuhan, sementara Kembar dan Putri menyusun laporan harian, jumlah tamu, peralatan yang perlu diperbaiki, dan stok kantin yang harus diisi ulang. Dengan semangat kolaboratif, satu hari yang dimulai dari pukul tiga sore berakhir dengan rasa syukur atas kebersamaan dan pergerakan.

Bayangan wisatawan yang sekadar lewat di Jalan Desa Tjokro mungkin tidak menyadari denyut kehidupan di balik gerbang sederhana itu. Namun, bagi warga setempat, Gedung Badminton SDN 1 Cokro telah melahirkan cerita-cerita kecil yang beresonansi, tentang kesehatan tubuh, persaudaraan tanpa batas usia, wadah aspirasi, dan transformasi komunitas. Di ujung cerita, sebuah lapangan bulu tangkis menjadi saksi bahwa di tengah hingar bingar pariwisata, tersimpan oase kebugaran yang merangkul setiap insan untuk bermain, berkeringat, dan tumbuh bersama.

( Ipunk )

Artikel ini telah tayang di kompasiana



Selasa, 02 September 2025

Mie Cuan: Dari Kedai Kecil di Polanharjo hingga Ekspansi Luar Daerah

Mie Cuan: Dari Kedai Kecil di Polanharjo hingga Ekspansi Luar Daerah


KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Mie Cuan lahir dari sebuah kedai mungil di jantung Pusur, Karanglo, Polanharjo. Pemiliknya memulai usaha ini dengan modal sederhana, mengandalkan resep mie khas yang memadukan cita rasa pedas dan manis. Dalam waktu singkat, aroma mie berwarna menggoda ini berhasil menarik perhatian para pelajar dan muda-mudi di sekitar maupun pengunjung dari luar daerah. Keunikan racikan bumbu dan kualitas bahan baku lokal menjadi kunci utama yang membuat Mie Cuan mudah diterima lidah pelanggan serta terus dicari meski banyak pesaing serupa bermunculan (02/09/2025).

Meskipun berdiri di sekitar area kawasan wisata yang ramai deretan kuliner, kedai ini menawarkan suasana hangat dengan bangku dan meja sederhana. Desain interior yang minimalis justru menonjolkan kesan akrab dan ramah. Di setiap sudut, terpajang foto menu favorit para pelanggan setia, mulai dari kentang goreng hingga mie dan beragam camilan, hal tersebut merupakan upaya mengakrabkan produk dengan pelanggan dan menandai keberhasilan Mie Cuan menciptakan ikatan emosional dengan para penggemarnya. Suara riuh tawa penikmat mie serta aroma kaldu yang mengepul kian mengundang rasa penasaran setiap pengunjung yang melintas.  

Menu andalan di Mie Cuan adalah “Mie Jagoan” dan “Mie Pendekar”, keduanya dibanderol Rp10.000 per porsi. Mie Jagoan memadukan sensasi pedas manis, dimana saus cabai pilihan disertai gula palem menciptakan harmoni rasa. Sementara Mie Pendekar hadir dengan nuansa pedas gurih asin yang lebih mendalam, berkat tambahan kaldunya yang dimasak lama bersama rempah. Dua varian ini nyaris selalu habis terjual sebelum makan malam, sekaligus menjadi magnet utama mengapa kedai ini selalu ramai saat jam istirahat sekolah pelajar.  

Tak hanya menu mie, Mie Cuan juga menyajikan aneka gorengan lezat sebagai teman santap. Ayam Rambutan dan Ayam Keju masing-masing dijual seharga Rp 9.000, menawarkan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam. Kentang Goreng serta Pangsit Goreng seharga Rp 9.000 juga tak kalah laris, apalagi ketika disantap bersama saus rahasia. Pilihan lauk pendamping ini memberi alternatif bagi pelanggan yang ingin mengganti atau menambah porsi mie, sehingga setiap kunjungan terasa variatif dan memuaskan.  

Pilihan minuman di Mie Cuan pun beragam, mulai dari aneka teh dingin, Tea Orange, Lychee Tea, Milk Tea, Vanilla Latte, hingga minuman coklat kekinian seperti Es Coklat, Milo, Red Velvet, dan Taro. Dua menu spesial es buah, Es Naga Merah dan Es Tropical, menjadi favorit saat cuaca panas. Harga minuman berkisar antara Rp5.000 hingga Rp12.000, menyesuaikan jenis dan ukuran gelas. Keberagaman menu ini melengkapi pengalaman bersantap, memberi kesegaran sekaligus menemani sensasi pedas di lidah.  

Untuk memudahkan pelanggan di luar Polanharjo, kedai Mie Cuan juga bekerja sama dengan berbagai aplikasi ojek online. Layanan pesan antar ini efektif menjangkau penggemar dari Polanharjo, Klaten, hingga Surakarta. Dalam sehari, ratusan porsi mie dan gorengan dikirim ke alamat konsumen, memanfaatkan armada driver yang siap di sudut kota. Sistem online order memberi kelonggaran waktu bagi pelajar, pekerja, atau keluarga yang sibuk tanpa harus datang langsung ke Kedai Mie Cuan. 

Keberhasilan Mie Cuan bertahan di tengah lesunya usaha kuliner sejenis tidak lepas dari strategi harga terjangkau dan konsistensi rasa. Setiap porsi mie tetap dijual dengan harga ramah kantong, namun kualitas bahan dan takaran bumbu tidak pernah diabaikan. Kedai ini juga rutin mengadakan promo bundling dan diskon khusus untuk pelanggan setia, sehingga loyalitas terbangun. Kolaborasi dengan komunitas pelajar lokal hingga grup kerja kantoran turut memperkuat posisi Mie Cuan sebagai primadona kuliner terjangkau.  


Menurut Ipunk dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community, rekan dekat orang tua pemilik Mie Cuan, kini restoran ini tengah merencanakan diversifikasi menu ke bidang seafood. Rencana tersebut dilatarbelakangi keinginan untuk menarik segmen pelanggan yang menyukai hidangan laut segar. Menu seafood seperti cumi goreng tepung, udang bumbu pedas, dan kerang rebus santan diharapkan siap diluncurkan setelah area khusus penyajiannya di lantai dua rampung dikerjakan. Ipunk menegaskan, inovasi ini tidak sekadar menambah daftar hidangan, tetapi juga memanfaatkan jaringan nelayan lokal untuk kualitas lebih maksimal.  

Langkah ekspansi Mie Cuan tidak berhenti di diversifikasi menu. Ipunk menyebut bahwa manajemen kedai tengah menggodok rencana pembukaan cabang di Semarang dan Pedan, Klaten. Dua kota strategis ini dipilih karena kedekatan budaya kuliner dan potensi pasar pelajar serta karyawan kantoran yang tinggi. Studi kelayakan telah dilakukan, termasuk pemetaan lokasi strategis di area sekitar kampus dan pusat perkantoran. Jika lancar, unit pertama di Semarang akan diresmikan pada kuartal pertama tahun depan.  

Selain penambahan menu dan cabang baru, Mie Cuan berencana memperluas kapasitas kedai induk dengan menambah lantai dua. Di lantai baru ini, area semi-outdoor akan disulap menjadi tempat khusus menyantap menu seafood. Desainnya mengusung konsep lawasan klasik minimalis dengan ventilasi luas view pedesaan serta aroma menu laut yang terasa segar dan tak membuat pengunjung gerah. Investasi pembangunan diprediksi selesai dalam enam bulan, diiringi kampanye promosi bertajuk “Dua Lantai, Dua Ragam Rasa.”  

Dengan modal kreativitas, ketekunan, dan dukungan komunitas, Mie Cuan bercita-cita menjadi ikon kuliner multiplatform di Klaten. Variasi mie pedasnya yang melegenda, jajanan pendamping yang menggoda, hingga menu seafood yang tengah dipersiapkan diyakini akan memperkuat daya tarik. Konsistensi menjaga kualitas dan merangkul pelanggan melalui inovasi layanan online menjadi fondasi yang kokoh. Bagi pecinta kuliner, perjalanan Mie Cuan dari kedai kecil hingga jaringan regional patut diikuti sebagai bukti bagaimana visi lokal dapat tumbuh melampaui batas wilayah.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Metropaginews.com 
Kedai Mie Cuan

Senin, 01 September 2025

Kunjungan Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community ke Workshop Kayu Reworewo Unique

Kunjungan Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community ke Workshop Kayu Reworewo Unique


SUKOHARJO-ngantilalicaraneturu.com
Hari ini tim pemandu wisata Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community kembali mengunjungi Reworewo Unique, sebuah workshop ukir kayu di Bulakan, Sukoharjo. Lokasinya berada di pinggiran Kali Dengkeng yang menjadi anak sungai Bengawan Solo. Kunjungan kali ini berfokus pada pemesanan dempel Gebyok Ukir pesanan salah satu anggota komunitas, Ipunk. Selain meninjau proses kreatif, tim juga ingin memastikan kualitas pengerjaan sesuai harapan (01/09/2025).

Kedatangan rombongan ini memiliki dua misi utama, pertama, memonitor proses pembuatan Gebyok Ukir pesanan Ipunk. Kedua, melihat langsung kondisi para pengrajin dan kelancaran alur produksi di Reworewo Unique. Ipunk berharap agar pesanan khususnya dapat rampung sesuai tenggat waktu. Di sisi lain, jaringan komunitas tour guide ini juga ingin menjalin sinergi lebih erat dengan pelaku usaha kerajinan lokal di sekitar.

Reworewo Unique didirikan oleh Aris, seorang pengrajin kayu berpengalaman yang menekuni ukir jati tradisional sejak belasan tahun silam. Workshop ini terletak strategis di Bulakan, memanfaatkan pasokan kayu jati kualitas tinggi dari sekitar Solo Raya. Aris mempekerjakan beberapa pengrajin terampil yang bekerja langsung di workshop maupun yang tersebar di sekitar, berdasarkan spesialisasi ukiran. Semangat komunitas dan kebanggaan tradisi leluhur menjadi jiwa utama setiap karya yang dihasilkan di sini.

Pembuatan Gebyok Ukir ini melibatkan beberapa tahap utama. Pertama, perancangan motif dan pengukuran dimensi sesuai permintaan klien. Kedua, pemotongan kayu jati, lalu perataan menggunakan mesin dan penajaman permukaan. Ketiga, tahap pengukiran manual oleh pengrajin berpengalaman menggunakan pahat tradisional. Terakhir, pengamplasan, pewarnaan, dan pelapisan lak untuk melindungi serat kayu. Aris memprediksi Gebyok Ukir pesanan Ipunk rampung sekitar bulan Desember mendatang.

Permintaan Ipunk memang sedikit berbeda dari gebyok pada umumnya. Ia menginginkan motif custom berupa logo peace dan lidah menjulur, terinspirasi oleh band favoritnya, Slank dan The Rolling Stones. Logo ini dipadukan dengan ornamen tradisional Jawa untuk menciptakan harmoni antara tradisi dan modernitas. Aris menyambut baik ide tersebut dan menegaskan bahwa timnya mampu mewujudkan desain unik tanpa mengurangi nilai estetika klasik. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan karya yang segar namun tetap menghormati warisan leluhur.

Rencana pemasangan gebyok di kediaman Ipunk ditargetkan sebelum akhirnya Desember telah usai. Baik Aris maupun tim Ngantilalicaraneturu tour guide community sepakat agar sebelum Natal tiba, gebyok sudah terpasang rapi. Tujuannya, memberi kejutan bagi keluarga dan kerabat yang akan melakukan silaturahmi saat perayaan. Dengan begitu, momen Natal di rumah Ipunk akan semakin istimewa. Kesan pertama tamu akan semakin kuat dengan kehadiran ukiran bergaya tradisi-modern itu.

Selain pesanan utama Ipunk, Reworewo Unique juga tengah menjalankan proyek untuk dua klien lokal lainnya. Arifin, Ketua Bumdes Tjokro, yang memesan Gebyok Ukir dan Joglo Limasan untuk di rumahnya. Sementara itu, Heru Budi Santosa, Kepala Desa Tjokro, juga memesan Gebyok Ukir berukuran sedang guna melengkapi kediamannya. Secara umum, pengerjaan kedua pesanan ini sudah mencapai 50 persen. Aris memastikan setiap fase produksi tetap diawasi ketat untuk menjaga konsistensi kualitas.

Reworewo Unique telah lama dikenal dengan ukiran kayu jati yang kokoh dan detail. Para pengrajin di workshop ini terbiasa menangani pesanan rumit, mulai dari relief cerita rakyat hingga interpretasi modern. Bahan baku dipilih ketat, tidak hanya kayu jati tua yang memiliki serat padat dan tahan lama, namun juga melayani kayu mix atau campuran. Proses pewarnaan dan finishing pun menggunakan teknik tradisional, sehingga ergensi warna alami tetap terjaga. Hal ini membuat setiap karya Reworewo Unique mudah dikenali di antara produk sejenis.

Satu lagi proyek berskala besar yang tengah berjalan adalah pembuatan joglo berukuran luas atas permintaan seorang pengusaha di Magelang. Desainnya mencakup pilar ukiran rumit, atap limasan ganda, dan panel Gebyok Ukir sebagai aksen dinding. Tim Reworewo Unique sedang merampungkan tahap perakitan struktur dasar dan persiapan ornamen ukiran. Walaupun membutuhkan waktu lebih lama, Aris optimis dapat menyerahkannya tepat jadwal. Proyek ini sekaligus meneguhkan reputasi workshop di kancah regional.

Banyaknya pesanan sekaligus tentu menimbulkan tantangan tersendiri bagi Reworewo Unique. Aris harus membagi tugas dengan matang antara pemotongan kayu, pengukiran, dan finishing. Ia memanfaatkan pengalaman bertahun-tahun untuk memanajemen waktu produksi secara efisien. Setiap hari, Aris menggelar rapat singkat dengan kepala tim untuk mengevaluasi progress. Fleksibilitas jadwal juga diterapkan agar pengerjaan satu dan pesanan tidak mengganggu pesanan lain.

Di tengah kondisi industri ukiran kayu yang sempat lesu, Aris justru bersyukur bertubi-tubi mendapatkan order. Ia melihat ini sebagai amanah untuk memberdayakan pengrajin dan tenaga kerja lokal. Reworewo Unique tak menutup peluang menerima pesanan baru meski harus antre. Aris menegaskan bahwa komitmen pada kualitas dan tenggat waktu sesuai kesepakatan akan tetap dipegang teguh. Semangat optimisme ini menular kepada seluruh tim, menciptakan atmosfer kerja yang produktif.

Kunjungan komunitas Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community ke Reworewo Unique kali ini memperlihatkan kekuatan sinergi antara tour guide community dan pengrajin lokal. Melalui pemantauan langsung, para pelaku wisata semakin yakin dapat mendukung ekosistem pariwisata berbasis kerajinan tangan. Gebyok Ukir custom Ipunk menjadi contoh kolaborasi mulus antara keinginan modern dan estetika tradisional. Dengan target rampung sebelum Natal, harapan besar bertumpu pada kejutan manis di hari raya. Semoga kerja keras ini membuka peluang order baru dari getok tular yang ada dan kemitraan lebih luas di masa depan.

Bagi siapa pun yang berminat memesan Gebyok Ukir, Gazebo, Limasan, atau Joglo, Reworewo Unique siap menerima pesanan. Meski antre, klien tak perlu khawatir karena jadwal pengerjaan diatur terukur. Pengalaman Aris dalam memanajemen berbagai proyek ukiran memastikan setiap kesepakatan tenggat waktu terpenuhi. Hubungi team Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community di kontak website www.ngantilalicaraneturu.com guna pemesanan yang akan langsung menghubungkan klien dan berkoordinasi dengan tim Reworewo Unique untuk diskusi desain dan estimasi harga. Mari terus dukung kerajinan lokal agar warisan budaya terus hidup dan berkembang.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Merdekapostnews.top 

Sabtu, 30 Agustus 2025

Kebahagiaan yang Terwujud Melalui Pernikahan dan Reuni SMA Kanisius

Kebahagiaan yang Terwujud Melalui Pernikahan dan Reuni SMA Kanisius

SUKOHARJO.ngantilalicaraneturu.com 
Hari ini membawa kegembiraan yang tulus ketika kami, sekelompok sahabat yang bersahabat sejak bangku sekolah di SMA Kanisius Delanggu, Klaten berkumpul kembali dalam sebuah perayaan cinta. Setelah lebih dari satu dekade menempuh jalur hidup masing-masing, akhirnya kami diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan putri dari teman semasa SMA dahulu, sebuah momen yang sekaligus menjadi reuni manis bagi kami para alumni SMA Kanisius Delanggu (30/08/2025).

Undangan tersebut tiba seminggu lalu dengan sapaan hangat yang menegaskan hikmah waktu dan kasih Tuhan: 

"Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Indah ketika Ia mempertemukan kami. Indah ketika Ia menumbuhkan kasih di antara kami. Dan indah ketika Ia mempersatukan kami dalam sebuah ikatan pernikahan kudus”

Acara sakral tersebut mengundang kami untuk merayakan persatuan dua insan, yakni Gabriel Rizka Candra, S.I.Kom, dan Pratu Adventus Satria Parulian Lumban Tobing. Melalui undangan sederhana namun sarat makna, dengan tertanda Robin & Dwi Haryanti, orang tua pengantin, yang menyampaikan rasa hormat sekaligus harapan, kehadiran kami sebagai teman dan sahabat adalah doa restu terindah bagi buah hati mereka. Setiap kata pada undangan menjadi pengingat bahwa pertemanan yang terjalin sejak remaja tak pernah pudar, melainkan semakin matang seiring berjalannya waktu.

Memasuki Gedung Graha Setyowati 
Jl. Mangesti Raya, Gentan, Kec. Baki, Kabupaten Sukoharjo, sore ini, suasana nostalgia langsung terasa. Hiasan bunga bernuansa pastel berpadu dengan tawa riang alumni yang saling berpelukan, menebarkan kehangatan layaknya reuni keluarga besar. Jejak kenangan di SMA Kanisius Delanggu dari lorong kelas yang riuh dengan canda hingga lapangan upacara yang sakral, seakan ikut hidup lagi melalui sorot mata kami yang penuh rindu. 

Beberapa dari kami datang bersama pasangan, ada pula yang membawa buah hati, menciptakan nuansa lintas generasi yang membuktikan bahwa persahabatan tak hanya milik mereka yang menjejak remaja, melainkan bisa diwariskan hingga generasi selanjutnya.

Tak hanya reuni semata, kehadiran anak-anak kami menjadi saksi bahwa nilai persaudaraan itu abadi. Suara riang mereka yang berlarian di antara kursi tamu menambah semarak kebahagiaan. Bagi sebagian dari kami, kali ini adalah kali pertama anak-anak kami menyaksikan pernikahan sahabat orang tua mereka, menciptakan memori baru yang tak kalah berharga. Kami berharap kelak mereka juga merangkai persahabatan sedalam ini, mengikat hidup satu sama lain dalam kehangatan yang sama.

Rangkaian acara dimulai dengan tradisi singkat penyambutan besan dan pengantin . Ayat-ayat Kitab Suci dan doa syukur mengingatkan kami bahwa setiap pertemuan yang dipersatukan dalam cinta Tuhan adalah titipan berharga. Ucapan syukur semakin menguatkan ikatan batin kami yang telah melewati suka dan duka bersama, dari ujian akhir semester hingga kelulusan yang menandai babak baru kehidupan. Kini, babak baru itu kembali terjadi, kali ini di tataran generasi kedua kami.

Gedung Graha Setyowati Sukoharjo sendiri memancarkan keanggunan khas perpaduan arsitektur tradisional dan kontemporer. Ruang utama yang luas dilengkapi ornamen kayu ukir, sementara jendela kaca tinggi menyuguhkan sinar matahari senja yang lembut. Meja tamu dihias kain songket Jawa Tengah dengan pola elegan, menambah kesan hangat dan akrab. Aroma melati dan mawar menguar di udara, sementara lantunan musik mengiringi langkah pengantin masuk, meneguhkan suasana sakral sekaligus meriah.
Momen ini menjadi kesempatan emas untuk memperkuat silaturahmi dan menghadirkan kembali semangat gotong royong yang dulu kami bangun di SMA Kanisius Delanggu. Kami saling berbagi cerita perjalanan hidup, dari yang menekuni karir hingga yang memilih jatuh cinta dengan dunia wirausaha dan seni. Setiap cerita menambah kekayaan perspektif, mengukuhkan bahwa teman sekolah tak hanya sekadar kenangan, melainkan pilar dukungan di berbagai lintas waktu.

Sebelum usai, kami menutup reuni dan resepsi pernikahan ini dengan doa bersama. Harapan untuk pengantin baru agar langgeng, berkelimpahan rahmat, dan menjadi teladan kasih yang menginspirasi sekitarnya. Di saat yang sama, kami juga mendoakan agar persahabatan kami tetap terjaga, baik di atas panggung resmi reuni pernikahan maupun di sela waktu biasa. Inilah keajaiban Tuhan yang bekerja lewat setiap peristiwa, mempererat tali kasih di antara kami, menyuburkan benih persahabatan, dan memberi pelajaran bahwa indahnya hidup terletak pada persekutuan hati.

Dengan hati penuh syukur dan bahagia, kami meninggalkan Gedung Graha Setyowati Sukoharjo. Tidak hanya membawa kenangan tentang pernikahan putri teman kami, tetapi juga semangat baru yang lahir dari reuni tak terduga. Momen ini mengajarkan bahwa setiap pertemuan adalah anugerah, setiap ikatan adalah berkah, dan setiap doa restu adalah kekuatan yang menggerakkan doa-doa lain untuk tumbuh. Semoga perayaan cinta ini menjadi pijakan awal bagi kisah mereka, sekaligus pengingat abadi bagi kami semua, bahwa sahabat sejati akan selalu ada, kapanpun dan dimanapun.

Selamat berbahagia bagi kedua mempelai dan salam bahagia serta sehat selalu buat Dwi Haryanti beserta semua rekan Alumni SMA Kanisius Delanggu, Klaten.

Terima kasih atas kebahagiaan kecil hari ini rekan semua, Puji Tuhan Gusti Mberkati, kapanpun dan dimanapun semua rekan Alumni SMA Kanisius Ddlanggu, Klaten berada saat ini, moga bisa terus berkabar menjalin silaturahmi persaudaraan. 

( FX Winanto/Ipunk )

Artikel ini telah tayang di Kompasiana 

Jumat, 29 Agustus 2025

Menengok Dapur Produksi Sangkanjaya Bakery

Menengok Dapur Produksi Sangkanjaya Bakery 

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Andre bukan sekadar pembuat roti rumahan biasa. Di balik label Sangkanjaya Bakery yang tersemat di setiap kemasan, ada kisah panjang tentang ketekunan, kegigihan, dan harapan yang terus menyala. Berlokasi di Gatak, Rt. 14 Rw. 04 Wadunggetas, Wonosari, Klaten, Andre bersama sang istri mengelola sebuah gubuk sederhana yang menjadi pusat produksi roti basah bercita rasa lokal, dari roti gulung empuk hingga roti krumpul dengan sensasi legitnya. Meski tampak sederhana, Sangkanjaya sesungguhnya lahir dari inisiatif besar untuk mengatasi minimnya lapangan pekerjaan di desanya (29/08/2025).

Sejak muda, Andre telah terbiasa menghadapi keterbatasan. Pernah bekerja di berbagai usaha, ia tak kunjung menemukan kecocokan hingga terpikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Pencinta roti sejak kecil, Andre memberanikan diri meramu resep-resep turun-temurun menjadi penganan kekinian. Dorongan untuk mandiri dan menunaikan tanggung jawab keluarga membuatnya yakin bahwa kualitas dan konsistensi rasa menjadi kunci. Dari situlah, ide sederhana tentang roti rumahan bermerek Sangkanjaya Bakery tercipta.

Dengan semangat menyalakan pelita usaha, Andre merantau ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di tanah perantauan itu, usahanya berkembang pesat. Ia merekrut beberapa tenaga sales, khususnya sesama perantau yang merantau di Kalimantan, untuk menggenjot distribusi. Dalam waktu singkat, Sangkanjaya roti bukan hanya sekedar jajanan pasar, kelezatan roti gulungnya menjadi perbincangan di antara komunitas setempat.

Puncak kesuksesan datang ketika Andre berhasil menjalin kemitraan dengan puluhan outlet. Totalnya mencapai 20 jalur distribusi yang tersebar di kota-kota besar dan pelosok di Kalimantan. Setiap pagi, aroma harum roti gulung yang baru keluar dari oven menyambut para pedagang dan konsumen. Omzet meningkat, permodalan berputar cepat, dan Andre merasa usahanya menjejak pada titik manis impian, kemandirian finansial dan reputasi produk berkualitas.
Namun, sebagaimana kue gelegar yang kerap renyah di permukaan tapi rapuh di dalam, usaha Andre menghadapi ujian berat. Sejumlah oknum sales mengambil celah untuk berbuat curang. Uang hasil penjualan raib dibawa kabur, meninggalkan lubang kerugian yang tak sedikit. Kekecewaan mendalam membuat Andre dan istrinya terpaksa merelakan kepergian beberapa mitra. Rasa tidak nyaman di antara rekan usaha memuncak, hingga keputusan berpindah kembali ke Pulau Jawa menjadi satu-satunya pilihan demi menjaga integritas dan ketenangan jiwa.

Sejak dua tahun silam, keduanya kembali merintis Sangkanjaya Bakery dari nol, kali ini di Klaten, Jawa Tengah. Tanpa staf tambahan, seluruh proses produksi, pemasaran, hingga distribusi ditangani berdua, Andre dan istrinya. Di gubuk sederhana mereka di Wadunggetas menjadi saksi kerja keras harian, mencampur adonan, membentuk roti gulung, memanggang, hingga mengemasnya untuk didistribusikan. Meski skala produksi jauh lebih kecil dibanding pada saat di Kalimantan, semangat menghidupkan usaha tetap berkobar.

Setiap hari, mereka menghabiskan setidaknya 20 kilogram tepung roti merek Cakra untuk menghasilkan puluhan papan roti gulung dan roti krumpul. Produk-produk ini kemudian disalurkan ke toko roti lokal, sentra oleh-oleh, dan warung-warung sekitar Klaten. Walau kapasitas terbatas, mereka bersyukur karena sedikit demi sedikit relasi bisnis tumbuh. Beberapa toko oleh-oleh pun kini rutin memesan setiap pekan, menandakan bahwa kualitas dan reputasi Sangkanjaya masih mampu bersaing di pasar.

Kendala terbesar tetap satu, ketiadaan tenaga tambahan. Jika dahulu beban distribusi terbagi pada beberapa sales, kini hanya ada dua tangan yang terus bergerak. Pengolahan bahan baku, pemanggangan, pengepakan, hingga pengantaran ke point-point penjualan menjadi aktivitas padat yang memakan waktu dan tenaga. Peralatan dapur pun masih seadanya, oven kecil, meja kayu di sudut gubuk, dan rak-rak penampung roti yang sesekali penuh tapi lebih sering mengundang harapan.

Untuk menjawab tantangan itu, Andre menyiapkan terobosan baru, dirinya menggandeng komunitas pemandu wisata “Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community.” Inisiatif ini bertujuan membuka segmen pasar baru melalui wisata edukatif. Para pemandu akan mengantar wisatawan yang tertarik menyaksikan langsung proses produksi roti gulung khas Sangkanjaya. Selain melihat cara pembuatan tradisional, pengunjung juga bisa mencicipi langsung roti hangat, sekaligus berbelanja oleh-oleh.

Kolaborasi ini membawa dua manfaat sekaligus. Pertama, memberikan nilai tambah wisata Klaten yang selama ini dikenal dengan umbul mata air dan candi. Kedua, membuka peluang pemasaran roti Sangkanjaya Bakery ke kalangan pelancong yang berkunjung. Edu-wisata roti menjadi daya tarik unik yang berbeda dari paket tur umumnya, sehingga merek Sangkanjaya Bakery dapat menancapkan citra sebagai produk lokal berkualitas sekaligus memperkaya pengalaman tur.

Dalam setiap kesempatan, Andre senantiasa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pemandu. “Berkat teman-teman tour guide, kami jadi tambah wawasan dan dapat celah pasar baru. Mereka membantu mengenalkan proses pembuatan roti kami pada wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Klaten,” ujarnya. Apresiasi itu menjadi bukti sinergi produktif antara sektor UMKM dan pariwisata, yang bisa saling menguatkan.

Bagi siapa saja yang kebetulan singgah di Klaten, Andre membuka pintu gubuk workshopnya. Anda bisa menghubungi Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community untuk mengatur kunjungan. Selain menyaksikan langsung resep rahasia adonan roti gulung, pengunjung juga berkesempatan mencicipi varian rasa, mulai klasik dengan isian gula merah, hingga inovasi selai coklat dan keju. Jangan lewatkan pula roti krumpul, kudapan empuk yang memikat lidah.

Perjalanan Andre menegaskan satu hal, kesuksesan tak selalu diukur dari besarnya skala usaha, melainkan konsistensi mempertahankan kualitas dan inovasi. Meski sempat terpuruk karena kecurangan orang lain, keberanian untuk memulai kembali menunjukkan betapa kuatnya tekad seorang pengusaha muda. Dari gubuk sederhana di Klaten, Sangkanjaya Bakery kini hadir bukan hanya sebagai makanan, melainkan lambang harapan yang tak padam. Jadi, mari dukung produk lokal, rasakan hangatnya roti gulung Sangkanjaya Bakery, dan jadikan setiap gigitan sebagai penghormatan pada kisah inspiratif Andre dan istrinya.

(Red/FX Winanto Ipunk)

Artikel ini telah tayang di kompasiana 

Kamis, 28 Agustus 2025

Kunjungan ke Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk.

Kunjungan ke Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk.

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Mengunjungi sanggar seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk membuka kembali referensi pengalaman pada keindahan karya rekan-rekan disabilitas berkebutuhan khusus, sekaligus menelusuri perjalanan panjang seorang peternak unggas yang tak kenal menyerah. Di sebuah sudut gang sempit desa, berdiri sebuah sanggar seni sederhana yang dirintis penuh kehangatan oleh Nurbertus Trisno Nugroho. Di balik pintu kayu lapuk itu, terpajang lukisan dan coretan warna-warni hasil tangan kecil yang sarat ekspresi, menumbuhkan harapan dan inspirasi bagi siapa saja yang melihatnya (28/08/2025).
Setiap anak di sanggar seni disabilitas ini datang dengan tantangan berbeda, baik fisik maupun mental. Namun di bawah pengawasan mentor seni lukis berpengalaman Pitut Saputra yang membantunya, Nurbertus TN yang sabar dan penuh semangat, dengan tekun membimbing mereka belajar teknik dasar menggambar, dan melukis, memahami komposisi warna, sekaligus berlatih fokus dan rasa percaya diri didampingi rekannya Pitut Saputra yang juga merupakan salah seorang pewarta di salah satu media pemberitaan nasional.
Media gambar MMT Plastik bekas hasil recycle yang semula kosong disulap menjadi kanvas penuh cerita, menampung berbagai imajinasi. Ada yang melukis pemandangan alam, ada yang mengekspresikan perasaan rindu keluarga, dan ada pula yang menorehkan simbol kebersamaan. Keberhasilan mereka bukan semata soal keindahan visual, melainkan proses perubahan diri yang perlahan terjadi dan terpancar lewat karya lukis diatas MMT bekas sebagai media gambar ekspresinya.
Nurbertus TN, tidak sekedar menjadi pembina. Bagi anak-anak disabilitas, ia hadir layaknya sosok ayah kedua yang mempercayai potensi setiap individu. Sentuhan lembutnya saat membantu menjangkau kuas, dan kata-kata penguat semangatnya ketika satu karya gagal sempurna dibuat, serta tepukan hangat di bahu setiap kali anak-anak berhasil yang menyelesaikan sebuah gambar, menciptakan ikatan emosional yang kokoh. Di sanggar ini, keterbatasan rasanya sirna oleh kesungguhan dan kegigihan dalam berproses.
Di balik dedikasinya pada seni, Nurbertus sejatinya turun dari tradisi keluarga peternak unggas. Sejak kecil ia terpesona pada proses penetasan telur puyuh yang diwariskan oleh almarhum ayahnya. Berbekal peralatan sederhana buatan tangan, ia merakit inkubator dari kotak kayu dan lampu pemanas, lalu berjam-jam memantau suhu serta kelembaban. Rasa penasaran mendorongnya meneliti metode terbaik agar telur-telur kecil itu dapat menetas dengan sempurna.
Saat ia mulai memperluas usaha, harapan sempat surut ketika wabah misterius melanda. Induk puyuh rentan terjangkit penyakit misterius, dan obat penangkal yang ampuh saat itu belum tersedia di pasaran. Kandang yang dulu ramai riuh suaranya berubah sepi, telur-telur menumpuk tak terurus, serta kesedihan menyelimuti hati Nurbertus. Keputusan bulat menutup sementara usaha peternakan menjadi luka pertama dalam perjalanannya. Namun semangat Nurbertus TN pantang menyerah menuntutnya terus berpikir ulang.
Alih-alih tenggelam dalam kegagalan, Nurbertus memilih bangkit dengan mempelajari jenis unggas lain. Ia mengamati karakteristik unggas petelur yang tumbuh lebih cepat, lalu juga mencoba entok yang tahan terhadap perubahan cuaca. Lambat laun, kelemahan modal yang minim ia gantikan dengan ketelitian dalam riset dan perawatan. Saat mesin tetasan kembali memanas, suara kicau anakan unggas Jenis elba kembali mengisi halaman rumahnya, menandai babak baru dalam usaha peternakan.
Semangat diversifikasi tidak berhenti di situ. Belajar dari pengalaman, ia merancang ulang inkubator hingga mendukung proses penetasan unggas pedaging jenis kuntara. Dengan mencermati fase inkubasi dan menjaga kebersihan kandang, setiap telur yang diteliti berhasil menetas, menambah populasi unggasnya secara bertahap. Terbaru kini dirinya juga tengah merancang mesin pencacah pakan ternak unggas, guna memudahkan peternak dalam pengolahan pakan. Proses ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan modal dapat ditutupi oleh inovasi dan kerja keras.
Sebelumnya, ia juga sempat merambah dunia pertanian dengan menanam jali sebagai pangan alternatif. Bersama kelompok petani desa, ia mempelajari teknik tanam, pola irigasi, serta strategi pemasaran untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Hasil panen sempat menempatkan kelompoknya di jajaran terbaik di tingkat provinsi. Namun tanpa pendampingan agronomis yang memadai, serangkaian tantangan teknis membuat usaha itu meredup. Tanaman Jali yang gagal panen mengajarkan Nurbertus arti riset yang lebih matang dan mendalam serta pentingnya dukungan ahli.
Saat ini, di tengah kesibukannya membenahi kelengkapan usaha unggas, Nurbertus tetap aktif mendampingi kelompok disabilitas melalui wadah pemandu wisata. Bersama komunitas lokal, ia merancang paket wisata inklusif yang menyajikan keindahan alam Klaten tanpa meninggalkan kerentanan penyandang disabilitas. Rute perjalanan, fasilitas transportasi, hingga tenaga pemandu disiapkan agar semua orang, tanpa terkecuali, dapat menikmati pengalaman budaya dan panorama pedesaan.
Keterlibatan Nurbertus dengan team pemandu Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community, telah menambah dimensi baru dalam kiprahnya. Selain meningkatkan pendapatan harian, ia berhasil membuka ruang sosial bagi penyandang disabilitas untuk bersosialisasi, berkarya, dan membangun kemandirian ekonomi. Beberapa program dan paket pelatihan kepariwisataan diwarnai dengan pelajaran etika pelayanan, pengetahuan sejarah lokal, serta teknik komunikasi efektif dengan wisatawan. Dirinya juga menanamkan sikap penuh percaya diri pada para anak didik disabilitas di sanggar seninya, agar ketika ada kunjungan wisatawan selalu percaya diri menunjukkan kepada dunia bahwa batasan fisik bukan penghalang kreativitas dan kemampuan.
Menelusuri jejak Nurbertus TN seperti membaca sebuah surat cinta bagi keluarga dan komunitas. Dedikasinya merangkul anak-anak disabilitas di sanggar seni, kegigihannya membangkitkan usaha peternakan unggas, hingga upayanya merancang wisata inklusif, semuanya bertaut dalam satu benang kesetiaan pada nilai solidaritas dan inovasi. Perjalanan ini mengajarkan bahwa kegagalan sejatinya adalah pijakan menuju keberhasilan, sementara kreativitas adalah jembatan untuk mengubah tantangan menjadi peluang.
Dalam kesehariannya, Nurbertus bukan sosok yang menonjolkan diri. Ia lebih suka berada di balik layar, memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan bermimpi, setiap unggas diperlakukan dengan penuh perhatian, dan setiap wisatawan diajak merasakan kehangatan desa. Sosoknya seolah mengingatkan kita bahwa kepemimpinan sejati lahir dari aksi nyata, bukan sekadar klaim di atas kertas.
Kisah kecil ini menyalakan harapan bahwa setiap desa, tak terkecuali Palar, Trucuk, memiliki potensi yang menunggu untuk digali. Kreativitas pada seni, keuletan di peternakan, bahkan semangat bertani pangan alternatif, sejatinya dapat menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Semua membutuhkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pendampingan teknis hingga dukungan jaringan pemasaran.
Semoga semangat Nurbertus TN menginspirasi individu dan kelompok lain untuk tak gentar menghadapi kendala. Biarkan setiap kegagalan menjadi bahan bakar semangat, dan jadikan setiap hakikat keterbatasan sebagai undangan untuk berinovasi. Dari Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk, kita belajar bahwa warna-warni kreativitas sejatinya lahir dari keberanian melangkah, sekaligus keyakinan bahwa setiap orang mampu menciptakan lukisan kehidupan yang bermakna.
Nurbertus TN yang juga salah seorang team pemandu Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community telah menyambut ramah rombongan kami yang mengunjungi Sanggar Seni Disabilitas dan peternakannya, pengalaman ini menjadikan kunjungan ini bukan sekedar wisata edukasi namun juga menginspirasi dan menyuntikkan semangat untuk terus berjuang di tengah segala keterbatasan dan ujian. Terima Kasih Nurbertus TN dan rekan-rekan Sanggar Seni Mewarnai Dunia.

( Red || FX Winanto Ipunk )

Artikel ini telah tayang di Kompasiana 

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali  KLATEN- ngantilalicaraneturu.com Kesan pertama melihat bulir jali seringkali...