Sabtu, 30 Agustus 2025

Kebahagiaan yang Terwujud Melalui Pernikahan dan Reuni SMA Kanisius

Kebahagiaan yang Terwujud Melalui Pernikahan dan Reuni SMA Kanisius

SUKOHARJO.ngantilalicaraneturu.com 
Hari ini membawa kegembiraan yang tulus ketika kami, sekelompok sahabat yang bersahabat sejak bangku sekolah di SMA Kanisius Delanggu, Klaten berkumpul kembali dalam sebuah perayaan cinta. Setelah lebih dari satu dekade menempuh jalur hidup masing-masing, akhirnya kami diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan putri dari teman semasa SMA dahulu, sebuah momen yang sekaligus menjadi reuni manis bagi kami para alumni SMA Kanisius Delanggu (30/08/2025).

Undangan tersebut tiba seminggu lalu dengan sapaan hangat yang menegaskan hikmah waktu dan kasih Tuhan: 

"Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Indah ketika Ia mempertemukan kami. Indah ketika Ia menumbuhkan kasih di antara kami. Dan indah ketika Ia mempersatukan kami dalam sebuah ikatan pernikahan kudus”

Acara sakral tersebut mengundang kami untuk merayakan persatuan dua insan, yakni Gabriel Rizka Candra, S.I.Kom, dan Pratu Adventus Satria Parulian Lumban Tobing. Melalui undangan sederhana namun sarat makna, dengan tertanda Robin & Dwi Haryanti, orang tua pengantin, yang menyampaikan rasa hormat sekaligus harapan, kehadiran kami sebagai teman dan sahabat adalah doa restu terindah bagi buah hati mereka. Setiap kata pada undangan menjadi pengingat bahwa pertemanan yang terjalin sejak remaja tak pernah pudar, melainkan semakin matang seiring berjalannya waktu.

Memasuki Gedung Graha Setyowati 
Jl. Mangesti Raya, Gentan, Kec. Baki, Kabupaten Sukoharjo, sore ini, suasana nostalgia langsung terasa. Hiasan bunga bernuansa pastel berpadu dengan tawa riang alumni yang saling berpelukan, menebarkan kehangatan layaknya reuni keluarga besar. Jejak kenangan di SMA Kanisius Delanggu dari lorong kelas yang riuh dengan canda hingga lapangan upacara yang sakral, seakan ikut hidup lagi melalui sorot mata kami yang penuh rindu. 

Beberapa dari kami datang bersama pasangan, ada pula yang membawa buah hati, menciptakan nuansa lintas generasi yang membuktikan bahwa persahabatan tak hanya milik mereka yang menjejak remaja, melainkan bisa diwariskan hingga generasi selanjutnya.

Tak hanya reuni semata, kehadiran anak-anak kami menjadi saksi bahwa nilai persaudaraan itu abadi. Suara riang mereka yang berlarian di antara kursi tamu menambah semarak kebahagiaan. Bagi sebagian dari kami, kali ini adalah kali pertama anak-anak kami menyaksikan pernikahan sahabat orang tua mereka, menciptakan memori baru yang tak kalah berharga. Kami berharap kelak mereka juga merangkai persahabatan sedalam ini, mengikat hidup satu sama lain dalam kehangatan yang sama.

Rangkaian acara dimulai dengan tradisi singkat penyambutan besan dan pengantin . Ayat-ayat Kitab Suci dan doa syukur mengingatkan kami bahwa setiap pertemuan yang dipersatukan dalam cinta Tuhan adalah titipan berharga. Ucapan syukur semakin menguatkan ikatan batin kami yang telah melewati suka dan duka bersama, dari ujian akhir semester hingga kelulusan yang menandai babak baru kehidupan. Kini, babak baru itu kembali terjadi, kali ini di tataran generasi kedua kami.

Gedung Graha Setyowati Sukoharjo sendiri memancarkan keanggunan khas perpaduan arsitektur tradisional dan kontemporer. Ruang utama yang luas dilengkapi ornamen kayu ukir, sementara jendela kaca tinggi menyuguhkan sinar matahari senja yang lembut. Meja tamu dihias kain songket Jawa Tengah dengan pola elegan, menambah kesan hangat dan akrab. Aroma melati dan mawar menguar di udara, sementara lantunan musik mengiringi langkah pengantin masuk, meneguhkan suasana sakral sekaligus meriah.
Momen ini menjadi kesempatan emas untuk memperkuat silaturahmi dan menghadirkan kembali semangat gotong royong yang dulu kami bangun di SMA Kanisius Delanggu. Kami saling berbagi cerita perjalanan hidup, dari yang menekuni karir hingga yang memilih jatuh cinta dengan dunia wirausaha dan seni. Setiap cerita menambah kekayaan perspektif, mengukuhkan bahwa teman sekolah tak hanya sekadar kenangan, melainkan pilar dukungan di berbagai lintas waktu.

Sebelum usai, kami menutup reuni dan resepsi pernikahan ini dengan doa bersama. Harapan untuk pengantin baru agar langgeng, berkelimpahan rahmat, dan menjadi teladan kasih yang menginspirasi sekitarnya. Di saat yang sama, kami juga mendoakan agar persahabatan kami tetap terjaga, baik di atas panggung resmi reuni pernikahan maupun di sela waktu biasa. Inilah keajaiban Tuhan yang bekerja lewat setiap peristiwa, mempererat tali kasih di antara kami, menyuburkan benih persahabatan, dan memberi pelajaran bahwa indahnya hidup terletak pada persekutuan hati.

Dengan hati penuh syukur dan bahagia, kami meninggalkan Gedung Graha Setyowati Sukoharjo. Tidak hanya membawa kenangan tentang pernikahan putri teman kami, tetapi juga semangat baru yang lahir dari reuni tak terduga. Momen ini mengajarkan bahwa setiap pertemuan adalah anugerah, setiap ikatan adalah berkah, dan setiap doa restu adalah kekuatan yang menggerakkan doa-doa lain untuk tumbuh. Semoga perayaan cinta ini menjadi pijakan awal bagi kisah mereka, sekaligus pengingat abadi bagi kami semua, bahwa sahabat sejati akan selalu ada, kapanpun dan dimanapun.

Selamat berbahagia bagi kedua mempelai dan salam bahagia serta sehat selalu buat Dwi Haryanti beserta semua rekan Alumni SMA Kanisius Delanggu, Klaten.

Terima kasih atas kebahagiaan kecil hari ini rekan semua, Puji Tuhan Gusti Mberkati, kapanpun dan dimanapun semua rekan Alumni SMA Kanisius Ddlanggu, Klaten berada saat ini, moga bisa terus berkabar menjalin silaturahmi persaudaraan. 

( FX Winanto/Ipunk )

Artikel ini telah tayang di Kompasiana 

Jumat, 29 Agustus 2025

Menengok Dapur Produksi Sangkanjaya Bakery

Menengok Dapur Produksi Sangkanjaya Bakery 

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Andre bukan sekadar pembuat roti rumahan biasa. Di balik label Sangkanjaya Bakery yang tersemat di setiap kemasan, ada kisah panjang tentang ketekunan, kegigihan, dan harapan yang terus menyala. Berlokasi di Gatak, Rt. 14 Rw. 04 Wadunggetas, Wonosari, Klaten, Andre bersama sang istri mengelola sebuah gubuk sederhana yang menjadi pusat produksi roti basah bercita rasa lokal, dari roti gulung empuk hingga roti krumpul dengan sensasi legitnya. Meski tampak sederhana, Sangkanjaya sesungguhnya lahir dari inisiatif besar untuk mengatasi minimnya lapangan pekerjaan di desanya (29/08/2025).

Sejak muda, Andre telah terbiasa menghadapi keterbatasan. Pernah bekerja di berbagai usaha, ia tak kunjung menemukan kecocokan hingga terpikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Pencinta roti sejak kecil, Andre memberanikan diri meramu resep-resep turun-temurun menjadi penganan kekinian. Dorongan untuk mandiri dan menunaikan tanggung jawab keluarga membuatnya yakin bahwa kualitas dan konsistensi rasa menjadi kunci. Dari situlah, ide sederhana tentang roti rumahan bermerek Sangkanjaya Bakery tercipta.

Dengan semangat menyalakan pelita usaha, Andre merantau ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di tanah perantauan itu, usahanya berkembang pesat. Ia merekrut beberapa tenaga sales, khususnya sesama perantau yang merantau di Kalimantan, untuk menggenjot distribusi. Dalam waktu singkat, Sangkanjaya roti bukan hanya sekedar jajanan pasar, kelezatan roti gulungnya menjadi perbincangan di antara komunitas setempat.

Puncak kesuksesan datang ketika Andre berhasil menjalin kemitraan dengan puluhan outlet. Totalnya mencapai 20 jalur distribusi yang tersebar di kota-kota besar dan pelosok di Kalimantan. Setiap pagi, aroma harum roti gulung yang baru keluar dari oven menyambut para pedagang dan konsumen. Omzet meningkat, permodalan berputar cepat, dan Andre merasa usahanya menjejak pada titik manis impian, kemandirian finansial dan reputasi produk berkualitas.
Namun, sebagaimana kue gelegar yang kerap renyah di permukaan tapi rapuh di dalam, usaha Andre menghadapi ujian berat. Sejumlah oknum sales mengambil celah untuk berbuat curang. Uang hasil penjualan raib dibawa kabur, meninggalkan lubang kerugian yang tak sedikit. Kekecewaan mendalam membuat Andre dan istrinya terpaksa merelakan kepergian beberapa mitra. Rasa tidak nyaman di antara rekan usaha memuncak, hingga keputusan berpindah kembali ke Pulau Jawa menjadi satu-satunya pilihan demi menjaga integritas dan ketenangan jiwa.

Sejak dua tahun silam, keduanya kembali merintis Sangkanjaya Bakery dari nol, kali ini di Klaten, Jawa Tengah. Tanpa staf tambahan, seluruh proses produksi, pemasaran, hingga distribusi ditangani berdua, Andre dan istrinya. Di gubuk sederhana mereka di Wadunggetas menjadi saksi kerja keras harian, mencampur adonan, membentuk roti gulung, memanggang, hingga mengemasnya untuk didistribusikan. Meski skala produksi jauh lebih kecil dibanding pada saat di Kalimantan, semangat menghidupkan usaha tetap berkobar.

Setiap hari, mereka menghabiskan setidaknya 20 kilogram tepung roti merek Cakra untuk menghasilkan puluhan papan roti gulung dan roti krumpul. Produk-produk ini kemudian disalurkan ke toko roti lokal, sentra oleh-oleh, dan warung-warung sekitar Klaten. Walau kapasitas terbatas, mereka bersyukur karena sedikit demi sedikit relasi bisnis tumbuh. Beberapa toko oleh-oleh pun kini rutin memesan setiap pekan, menandakan bahwa kualitas dan reputasi Sangkanjaya masih mampu bersaing di pasar.

Kendala terbesar tetap satu, ketiadaan tenaga tambahan. Jika dahulu beban distribusi terbagi pada beberapa sales, kini hanya ada dua tangan yang terus bergerak. Pengolahan bahan baku, pemanggangan, pengepakan, hingga pengantaran ke point-point penjualan menjadi aktivitas padat yang memakan waktu dan tenaga. Peralatan dapur pun masih seadanya, oven kecil, meja kayu di sudut gubuk, dan rak-rak penampung roti yang sesekali penuh tapi lebih sering mengundang harapan.

Untuk menjawab tantangan itu, Andre menyiapkan terobosan baru, dirinya menggandeng komunitas pemandu wisata “Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community.” Inisiatif ini bertujuan membuka segmen pasar baru melalui wisata edukatif. Para pemandu akan mengantar wisatawan yang tertarik menyaksikan langsung proses produksi roti gulung khas Sangkanjaya. Selain melihat cara pembuatan tradisional, pengunjung juga bisa mencicipi langsung roti hangat, sekaligus berbelanja oleh-oleh.

Kolaborasi ini membawa dua manfaat sekaligus. Pertama, memberikan nilai tambah wisata Klaten yang selama ini dikenal dengan umbul mata air dan candi. Kedua, membuka peluang pemasaran roti Sangkanjaya Bakery ke kalangan pelancong yang berkunjung. Edu-wisata roti menjadi daya tarik unik yang berbeda dari paket tur umumnya, sehingga merek Sangkanjaya Bakery dapat menancapkan citra sebagai produk lokal berkualitas sekaligus memperkaya pengalaman tur.

Dalam setiap kesempatan, Andre senantiasa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pemandu. “Berkat teman-teman tour guide, kami jadi tambah wawasan dan dapat celah pasar baru. Mereka membantu mengenalkan proses pembuatan roti kami pada wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Klaten,” ujarnya. Apresiasi itu menjadi bukti sinergi produktif antara sektor UMKM dan pariwisata, yang bisa saling menguatkan.

Bagi siapa saja yang kebetulan singgah di Klaten, Andre membuka pintu gubuk workshopnya. Anda bisa menghubungi Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community untuk mengatur kunjungan. Selain menyaksikan langsung resep rahasia adonan roti gulung, pengunjung juga berkesempatan mencicipi varian rasa, mulai klasik dengan isian gula merah, hingga inovasi selai coklat dan keju. Jangan lewatkan pula roti krumpul, kudapan empuk yang memikat lidah.

Perjalanan Andre menegaskan satu hal, kesuksesan tak selalu diukur dari besarnya skala usaha, melainkan konsistensi mempertahankan kualitas dan inovasi. Meski sempat terpuruk karena kecurangan orang lain, keberanian untuk memulai kembali menunjukkan betapa kuatnya tekad seorang pengusaha muda. Dari gubuk sederhana di Klaten, Sangkanjaya Bakery kini hadir bukan hanya sebagai makanan, melainkan lambang harapan yang tak padam. Jadi, mari dukung produk lokal, rasakan hangatnya roti gulung Sangkanjaya Bakery, dan jadikan setiap gigitan sebagai penghormatan pada kisah inspiratif Andre dan istrinya.

(Red/FX Winanto Ipunk)

Artikel ini telah tayang di kompasiana 

Kamis, 28 Agustus 2025

Kunjungan ke Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk.

Kunjungan ke Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk.

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Mengunjungi sanggar seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk membuka kembali referensi pengalaman pada keindahan karya rekan-rekan disabilitas berkebutuhan khusus, sekaligus menelusuri perjalanan panjang seorang peternak unggas yang tak kenal menyerah. Di sebuah sudut gang sempit desa, berdiri sebuah sanggar seni sederhana yang dirintis penuh kehangatan oleh Nurbertus Trisno Nugroho. Di balik pintu kayu lapuk itu, terpajang lukisan dan coretan warna-warni hasil tangan kecil yang sarat ekspresi, menumbuhkan harapan dan inspirasi bagi siapa saja yang melihatnya (28/08/2025).
Setiap anak di sanggar seni disabilitas ini datang dengan tantangan berbeda, baik fisik maupun mental. Namun di bawah pengawasan mentor seni lukis berpengalaman Pitut Saputra yang membantunya, Nurbertus TN yang sabar dan penuh semangat, dengan tekun membimbing mereka belajar teknik dasar menggambar, dan melukis, memahami komposisi warna, sekaligus berlatih fokus dan rasa percaya diri didampingi rekannya Pitut Saputra yang juga merupakan salah seorang pewarta di salah satu media pemberitaan nasional.
Media gambar MMT Plastik bekas hasil recycle yang semula kosong disulap menjadi kanvas penuh cerita, menampung berbagai imajinasi. Ada yang melukis pemandangan alam, ada yang mengekspresikan perasaan rindu keluarga, dan ada pula yang menorehkan simbol kebersamaan. Keberhasilan mereka bukan semata soal keindahan visual, melainkan proses perubahan diri yang perlahan terjadi dan terpancar lewat karya lukis diatas MMT bekas sebagai media gambar ekspresinya.
Nurbertus TN, tidak sekedar menjadi pembina. Bagi anak-anak disabilitas, ia hadir layaknya sosok ayah kedua yang mempercayai potensi setiap individu. Sentuhan lembutnya saat membantu menjangkau kuas, dan kata-kata penguat semangatnya ketika satu karya gagal sempurna dibuat, serta tepukan hangat di bahu setiap kali anak-anak berhasil yang menyelesaikan sebuah gambar, menciptakan ikatan emosional yang kokoh. Di sanggar ini, keterbatasan rasanya sirna oleh kesungguhan dan kegigihan dalam berproses.
Di balik dedikasinya pada seni, Nurbertus sejatinya turun dari tradisi keluarga peternak unggas. Sejak kecil ia terpesona pada proses penetasan telur puyuh yang diwariskan oleh almarhum ayahnya. Berbekal peralatan sederhana buatan tangan, ia merakit inkubator dari kotak kayu dan lampu pemanas, lalu berjam-jam memantau suhu serta kelembaban. Rasa penasaran mendorongnya meneliti metode terbaik agar telur-telur kecil itu dapat menetas dengan sempurna.
Saat ia mulai memperluas usaha, harapan sempat surut ketika wabah misterius melanda. Induk puyuh rentan terjangkit penyakit misterius, dan obat penangkal yang ampuh saat itu belum tersedia di pasaran. Kandang yang dulu ramai riuh suaranya berubah sepi, telur-telur menumpuk tak terurus, serta kesedihan menyelimuti hati Nurbertus. Keputusan bulat menutup sementara usaha peternakan menjadi luka pertama dalam perjalanannya. Namun semangat Nurbertus TN pantang menyerah menuntutnya terus berpikir ulang.
Alih-alih tenggelam dalam kegagalan, Nurbertus memilih bangkit dengan mempelajari jenis unggas lain. Ia mengamati karakteristik unggas petelur yang tumbuh lebih cepat, lalu juga mencoba entok yang tahan terhadap perubahan cuaca. Lambat laun, kelemahan modal yang minim ia gantikan dengan ketelitian dalam riset dan perawatan. Saat mesin tetasan kembali memanas, suara kicau anakan unggas Jenis elba kembali mengisi halaman rumahnya, menandai babak baru dalam usaha peternakan.
Semangat diversifikasi tidak berhenti di situ. Belajar dari pengalaman, ia merancang ulang inkubator hingga mendukung proses penetasan unggas pedaging jenis kuntara. Dengan mencermati fase inkubasi dan menjaga kebersihan kandang, setiap telur yang diteliti berhasil menetas, menambah populasi unggasnya secara bertahap. Terbaru kini dirinya juga tengah merancang mesin pencacah pakan ternak unggas, guna memudahkan peternak dalam pengolahan pakan. Proses ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan modal dapat ditutupi oleh inovasi dan kerja keras.
Sebelumnya, ia juga sempat merambah dunia pertanian dengan menanam jali sebagai pangan alternatif. Bersama kelompok petani desa, ia mempelajari teknik tanam, pola irigasi, serta strategi pemasaran untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Hasil panen sempat menempatkan kelompoknya di jajaran terbaik di tingkat provinsi. Namun tanpa pendampingan agronomis yang memadai, serangkaian tantangan teknis membuat usaha itu meredup. Tanaman Jali yang gagal panen mengajarkan Nurbertus arti riset yang lebih matang dan mendalam serta pentingnya dukungan ahli.
Saat ini, di tengah kesibukannya membenahi kelengkapan usaha unggas, Nurbertus tetap aktif mendampingi kelompok disabilitas melalui wadah pemandu wisata. Bersama komunitas lokal, ia merancang paket wisata inklusif yang menyajikan keindahan alam Klaten tanpa meninggalkan kerentanan penyandang disabilitas. Rute perjalanan, fasilitas transportasi, hingga tenaga pemandu disiapkan agar semua orang, tanpa terkecuali, dapat menikmati pengalaman budaya dan panorama pedesaan.
Keterlibatan Nurbertus dengan team pemandu Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community, telah menambah dimensi baru dalam kiprahnya. Selain meningkatkan pendapatan harian, ia berhasil membuka ruang sosial bagi penyandang disabilitas untuk bersosialisasi, berkarya, dan membangun kemandirian ekonomi. Beberapa program dan paket pelatihan kepariwisataan diwarnai dengan pelajaran etika pelayanan, pengetahuan sejarah lokal, serta teknik komunikasi efektif dengan wisatawan. Dirinya juga menanamkan sikap penuh percaya diri pada para anak didik disabilitas di sanggar seninya, agar ketika ada kunjungan wisatawan selalu percaya diri menunjukkan kepada dunia bahwa batasan fisik bukan penghalang kreativitas dan kemampuan.
Menelusuri jejak Nurbertus TN seperti membaca sebuah surat cinta bagi keluarga dan komunitas. Dedikasinya merangkul anak-anak disabilitas di sanggar seni, kegigihannya membangkitkan usaha peternakan unggas, hingga upayanya merancang wisata inklusif, semuanya bertaut dalam satu benang kesetiaan pada nilai solidaritas dan inovasi. Perjalanan ini mengajarkan bahwa kegagalan sejatinya adalah pijakan menuju keberhasilan, sementara kreativitas adalah jembatan untuk mengubah tantangan menjadi peluang.
Dalam kesehariannya, Nurbertus bukan sosok yang menonjolkan diri. Ia lebih suka berada di balik layar, memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan bermimpi, setiap unggas diperlakukan dengan penuh perhatian, dan setiap wisatawan diajak merasakan kehangatan desa. Sosoknya seolah mengingatkan kita bahwa kepemimpinan sejati lahir dari aksi nyata, bukan sekadar klaim di atas kertas.
Kisah kecil ini menyalakan harapan bahwa setiap desa, tak terkecuali Palar, Trucuk, memiliki potensi yang menunggu untuk digali. Kreativitas pada seni, keuletan di peternakan, bahkan semangat bertani pangan alternatif, sejatinya dapat menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Semua membutuhkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pendampingan teknis hingga dukungan jaringan pemasaran.
Semoga semangat Nurbertus TN menginspirasi individu dan kelompok lain untuk tak gentar menghadapi kendala. Biarkan setiap kegagalan menjadi bahan bakar semangat, dan jadikan setiap hakikat keterbatasan sebagai undangan untuk berinovasi. Dari Sanggar Seni Mewarnai Dunia Palar Trucuk, kita belajar bahwa warna-warni kreativitas sejatinya lahir dari keberanian melangkah, sekaligus keyakinan bahwa setiap orang mampu menciptakan lukisan kehidupan yang bermakna.
Nurbertus TN yang juga salah seorang team pemandu Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community telah menyambut ramah rombongan kami yang mengunjungi Sanggar Seni Disabilitas dan peternakannya, pengalaman ini menjadikan kunjungan ini bukan sekedar wisata edukasi namun juga menginspirasi dan menyuntikkan semangat untuk terus berjuang di tengah segala keterbatasan dan ujian. Terima Kasih Nurbertus TN dan rekan-rekan Sanggar Seni Mewarnai Dunia.

( Red || FX Winanto Ipunk )

Artikel ini telah tayang di Kompasiana 

Rabu, 27 Agustus 2025

Angkringan Hik Pak Tomb: Oase Kesederhanaan dan Solidaritas

Angkringan Hik Pak Tomb: Oase Kesederhanaan dan Solidaritas


KLATEN - ngantillicaraneturu.com
Hari ini bersama team Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community kami mampir ke Angkringan Pak Tomb yang berdiri di pinggir Jalan Raya Cokro – Janti, serta menghadirkan wajah ramah desa di tengah lalu-lintas kendaraan. Setelah seharian berkeliling memandu wisatawan, Ipunk seorang Tour Leader Team seringkali mengajak para pemandu buat mampir di angkringan Hik Pak Tomb, yang selalu menjadi salah alternatif pilihan, tempat bagi kami untuk beristirahat sejenak, sembari melepas lelah (28/08/2025).

Keberadaan Angkringan Hik Pak Tomb seperti oasis kecil di tengah kesibukan desa, meja-meja kayu, kursi panjang sederhana, dan lampu pijar yang menerangi suasana. Dari siang hingga malam, angkringan ini selalu ramai dikunjungi, petani, perangkat desa, petani, tour guide, pemancing, penghobi ikan hias, turis lokal, hingga warga sekitar yang sekadar mampir. Di sini, kesederhanaan menu berpadu dengan keramahan tuan rumah 

Lokasi dan Jam Operasional

Angkringan Pak Tomb terletak persis di depan Ketjeh Resto Janti, menempel di bahu jalan dengan akses mudah bagi pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Buka mulai pukul siang hingga sekitar pukul 23.00 WIB malam, menjadikannya pilihan ideal untuk istirahat siang atau nongkrong santai setelah pulang kerja. Pencahayaan hangat dan dekorasi kayu menambah nuansa nyaman, terasa bak sedang duduk di beranda rumah nenek. Garis horizon sawah berpadu dengan suara kendaraan menciptakan atmosfer desa yang hidup.

Sajian Lezat ala Hik Pak Tomb

Menu di Angkringan Hik Pak Tomb memadukan cita rasa tradisional dengan harga bersahabat. Setiap porsi nasi kucing diisi sambal bandeng, teri atau sambal telur, ada pula menu dengan kering tempe, serundeng, serta lauk sederhana. Pilihan mie goreng dan mie rebus yang hangat menggugah selera kala hujan atau angin malam tiba. Tak ketinggalan gorengan hangat, tahu bacem, tempe mendoan, pisang goreng, tusukan sate keong dan banyak lagi yang selalu laris manis, bersanding harmonis dengan minuman teh, kopi serta jahe.

Keindahan Aquarium dan Ikan Hias

Di bagian dalam angkringan berjajar rak berisi aquarium dan kolam kecil yang memamerkan ikan hias warna-warni. Varian ikan koi, molly, neon tetra, dan guppy menambah sentuhan estetik di balik pijaran lampu. Setiap aquarium dirawat rapi, dekorasi bebatuan dan tanaman air menciptakan ilusi habitat alami. Pengunjung dapat melihat dan sekaligus membeli ikan, lengkap dengan aksesoris, filter, aerator, batu hias, dan tanaman air.

Hiburan Karaoke dan Suasana Hangat

Menurut pemaparan Ipunk salah seorang pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour guide Community, dirinya mengatakan “Salah satu daya tarik istimewa Angkringan Pak Tomb adalah fasilitas karaoke gratis untuk pelanggan. Mulai dari lagu melow kenangan hingga jenis rock klasik, semua tersedia sesuai permintaan. Suara microphone dan tawa riuh teman nongkrong mencairkan kecanggungan, menjadikan setiap kunjungan penuh cerita. Meja kayu panjang seolah panggung kecil, tempat siapa saja bisa unjuk gigi.” paparnya.

Aneka Perlengkapan dan Dekorasi Usaha

Pak Tomb sendiri memang menata angkringan dengan pernak-pernik tradisional, kursi kayu, sofa sederhana, lampu remang, serta list kayu sederhana. Di samping itu, rak kayu panggul memajang ikan hias, sementara meja kayu lawas dipadukan kursi plastik warna-warni. Semuanya bersifat portable, memudahkan bongkar pasang setiap akhir pekan atau saat ada keramaian pengunjung. Keunikan decor ini memberi pengalaman visual sekaligus nostalgia bagi pengunjung lintas generasi.

Keramahtamahan yang Membekas

Setiap orang yang mampir selalu disambut ramah oleh Pak Tomb dengan sapaan hangat “Mas, Mbak, pesan apa hari ini?”. Ia tak pernah membeda-bedakan, petani setelah panen, tour guide desa usai tour, hingga pemancing baru pulang mancing di kolam Janti. Keramahan sederhana ini membuat pengunjung merasa seperti pulang ke rumah sendiri. Di tengah kesibukan, angkringan menjadi ruang perjumpaan yang membangun kepercayaan dan persaudaraan.

Gerakan Sosial dan Kepedulian

Di samping berdagang, Pak Tomb dan kelompok relawan sosialnya juga aktif berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Mereka rutin mendistribusikan makanan, buah, pakaian, dan peralatan sekolah dan aneka bahan lain ke panti asuhan serta anak-anak yatim piatu di Solo, Klaten, dan Boyolali. Aksi ini dilakukan lintas usia, agama, dan profesi tanpa memandang status sosial. Semangat gotong royong dan kepedulian mengalir dari hasil jerih payah angkringan hik sederhana ini, dan siapapun yang mau ikhlas ikut berdonasi.

Filosofi Berbagi dalam Kesederhanaan

Bagi Pak Tomb, menjalankan usaha tidak melulu soal keuntungan materi, tapi juga menebar manfaat bagi lingkungan sekitar. Keikhlasan menyisihkan sebagian kecil penghasilan untuk kegiatan sosial menjadi pijakan moral yang kokoh. Kesederhanaan usaha, nasi kucing dan ikan hias, justru menjadi medium nyata menumbuhkan empati dan solidaritas. Di zaman individualis, sikap tulus ini terasa semakin berharga.

Ruang Bertukar Cerita dan Inspirasi

Selain wisata kuliner, angkringan ini juga berfungsi sebagai wadah bertukar informasi, cerita desa, kabar terkini, gosip viral media sosial, hingga tips bertani dan memelihara ikan hias. Diskusi santai di bawah lampu pijar memicu ide kolaborasi, misalnya kerjasama wisata, workshop UMKM, event pelestarian budaya, atau kepedulian sosial dan lingkungan dan lainnya. Musik latar pun beragam, mengikuti selera pengunjung, mulai keroncong hingga rock berenergi, yang ikut memperkaya pengalaman.

Merajut Kebersamaan

Angkringan Pak Tomb bukan sekadar tempat makan dan nongkrong, melainkan simbol kehangatan, gotong royong, dan kesederhanaan bermakna. Di sinilah napas desa bertemu dengan dinamika masyarakat modern, menjalin ikatan baru setiap hari. Semoga kehadiran angkringan ini terus menjadi inspirasi tentang bagaimana berbagi dan berkarya berjalan beriringan. Bagi siapa pun yang butuh rehat sejenak, cerita, atau sekadar suasana hangat, Angkringan Pak Tomb selalu siap menyambut dengan tangan terbuka.

Bila kebetulan lewat di sekitaran Cokro dan Janti, Klaten cobalah mampir guna menikmati sensasi kulineran khas pedesaan, melihat aneka ikan hias dan merasakan keramahan warga sekitar. 

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Growmedia-indo.com 




Berburu Kuda Besi Legendaris: Jejak Vespa Klasik di Pelosok Klaten

Berburu Kuda Besi Legendaris: Jejak Vespa Klasik di Pelosok Klaten

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Hari ini kami Menyusuri desa dan jejak Vespa, berangkat bersama tim Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community menelusuri beberapa pelosok Klaten. Bukan untuk sebatas memandu wisatawan, melainkan menapaki bersama, jejak Vespa klasik yang makin langka. Dari gang sempit hingga pekarangan rumah tua, setiap sudut, semuanya menawarkan kisah panjang tentang kuda besi legendaris ini (27/08/2025).

Jejak kami bermula di desa terpencil, di mana pemilik Vespa menyambut dengan hangat. Rupanya, sebagian besar motor mereka diwariskan turun-temurun. Setiap goresan cat atau lekukan bodi bicara tentang petualangan pemiliknya di masa lalu, sebuah memori hidup yang tersimpan dalam rangka besi.

Menemukan Ragam Vespa

Selama perjalanan kami, bertemu berbagai tipe Vespa, Sprint, Exclusive, PX Series, hingga seri langka yang nama modelnya nyaris terlupakan. Kondisi motor pun beragam. Ada yang masih kinclong, seolah baru keluar bengkel restorasi. Tak sedikit pula yang berkarat, bola lampunya retak, namun suaranya tetap merdu ketika dinyalakan.

Beberapa Vespa ditawarkan dengan harga fantastis. Bagi kolektor, nilai historis dan sentimental kerap melampaui angka rupiah. Namun, tidak semua cocok dengan kriteria klien kami. Ada yang surat-suratnya lengkap, mesin hidup, namun rangkanya retak. Ada pula yang bodinya mulus, namun surat-surat sulit dilacak.

Nilai Keaslian dan Orisinalitas

Pasar Vespa klasik kini bergeliat pesat. Motor jadul yang dulu dipandang usang kini jadi primadona. Meski model lama kerap mendapat modifikasi modern, para kolektor sejati justru mencari Vespa orisinil. Mereka menolak cat ulang, variasi bodi, atau perubahan mesin.

Keaslian menjadi nilai jual utama. Vespa yang masih utuh, meski tampak lusuh, harganya bisa jauh lebih tinggi dibanding versi restorasi. Bagi seorang kolektor, setiap baut pabrik, setiap noda karat, adalah cap waktu yang tidak ternilai.

Lebih dari Sekadar Transaksi

Menurut Ipunk, salah satu pemandu tour kami, berburu Vespa klasik bukan sekadar urusan jual beli. “Ini adalah perjalanan mengenal manusia, sejarah, dan nilai-nilai yang melekat pada sebuah benda,” ujarnya. Setiap motor yang kami temui mencerminkan kepribadian pemiliknya.

Ipunk menekankan bahwa Vespa adalah cermin nostalgia. “Ada yang menyimpan motor untuk kenangan masa muda, ada pula yang menjaga sebagai simbol kebebasan. Setiap Vespa bicara tentang impian, rindu, dan cerita yang mungkin terlupakan.”

Seni Kesabaran dan Kebijaksanaan

Dalam perburuan ini, uang saja tidak cukup. Dibutuhkan ketekunan membaca karakter orang yang menjual. “Berburu Vespa adalah seni sabar dan bijak dalam berkomunikasi,” lanjut Ipunk. Sikap hormat terhadap warisan budaya motor itu membuka pintu negosiasi lebih mudah.

Kesabaran diuji saat penawarannya ditolak. Harga yang ditawarkan seringkali terlalu tinggi, sementara kondisi motor belum ideal. Namun, setiap tolak-tawar membawa pelajaran baru tentang nilai motor dan manusia di baliknya.

Menjelajah Pelosok Klaten

Kami tak berhenti di satu atau dua desa. Dari pegawai kelurahan hingga pedagang kaki lima, banyak yang menyimpan Vespa sebagai koleksi pribadi. Mereka memiliki alasan berbeda, ada yang sekadar hobi, ada pula yang melihat potensi investasi.

Beberapa pemilik menceritakan kisah perjalanan jauh touring mereka menggunakan Vespa. Dari Solo ke Jogja, melewati desa-desa di Klaten. Sesi narasi seperti ini menjadikan perjalanan berburu motor bukan hanya soal barang, tetapi juga tentang mempererat ikatan antar manusia.

Perburuan Belum Usai

Meski telah mengunjungi puluhan titik, tim kami belum menemukan Vespa impian. PX Exclusive masih berada di benak kami, mesin hidup, bodi orisinil, namun beberapa suku cadang hilang. Harga yang ditawarkan pemilik terlalu tinggi untuk ditawar.

Ipunk menutup hari dengan optimisme. “Perburuan ini belum selesai. Setiap langkah membawa kami lebih dekat pada cerita yang kelak kami dokumentasikan. Mungkin Vespa impian itu menunggu di sudut desa yang belum kami datangi.” terangnya.

Kolaborasi dan Silaturahmi

Bagi para penggemar Vespa atau penjual motor klasik, tim Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community siap membantu. Selain berburu bersama, kami juga bisa memfasilitasi pemasaran dengan jaringan marketing yang luas. Kami percaya, semangat berbagi cerita dan nostalgia memperkuat persaudaraan.

Rencana touring ceria atau hunting bersama bukan hanya soal motor, tapi kebersamaan. Menjelajah desa, menyimak kisah pemilik, merasakan atmosfer masa lampau, dan menjaga warisan budaya Vespa agar tak hilang ditelan zaman.

Vespa Bukan sebatas Kendaraan

Berburu Vespa klasik di Klaten mengajarkan lebih dari sekadar transaksi. Ini adalah pelajaran tentang manusia, sejarah, dan nilai keaslian. Seperti kata Ipunk, “Vespa bukan kendaraan semata, ia simbol kebebasan dan kenangan.” Perjalanan kami mungkin belum usai, tapi setiap jejak menambah warna cerita.

“Siapa tahu, di balik gang sempit berikutnya, kuda besi legendaris itu menanti untuk dibawa pulang. Sementara itu, semangat berburu dan saling menghormati warisan terus menjadi kompas pemandu kami, disamping itu lewat perburuan bersama ini juga menjadi media guna makin menambah persaudaraan dan silaturahmi diantara kita.” pungkas Ipunk.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Merdekapostnews.top 

Selasa, 26 Agustus 2025

Sidowarno Desa Pengrajin Wayang yang Mendunia

Sidowarno Desa Pengrajin Wayang yang Mendunia

KLATEN-ngantilalicaraneturu.com
Dukuh Butuh, Desa Sidowarno di tepi Sungai Bengawan Solo, bukan lagi sekadar titik di peta Klaten. Pepohonan bambu yang merunduk di pinggir jalan dan deretan balai latihan tatah sungging mengukir jejak panjang tradisi wayang kulit. Namanya sudah mendunia, Kampung Wayang Sidowarno (26/08/2025)

Dari hasil sharing dan ngobrol santai kami, terungkap bahwa perubahan signifikan Desa wisata ini baru terasa setelah sosok Mamik Ketua Kelompok KUBE Bima dan Suraji Ketua Pokdarwis, dari dukuh Butuh serta Baron dari Astra turut berkecimpung dalam pengelolaan dan pendampingan desa dibawah KBA ( Kampung Berseri Astra), sementara Pokdarwis Bengawan Solo Berseri, sendiri hadir sebagai jembatan antara kerajinan lokal dan program pengembangan Astra tersebut.  

Sejak awal 1950-an, kerajinan wayang kulit tumbuh secara mandiri berkat semangat Alm Mbah Kasimo Mertua dari Ketua RT Hartoyo, masing-masing pengrajin saat itu bisa berkreasi di rumahnya, memanggang kulit, menatah, melukis, lalu menjual sendiri hasilnya. Pendekatan individual itu membuat Sidowarno hidup sederhana, namun kreativitas itu kurang berkembang dan tidak berkelanjutan, Jumlah pengrajin terus merosot, antusiasme pun terkikis. Baru ketika Lurah Rujito membentuk 20 Kelompok Usaha Bersama pada 2009, desa ini mulai terlihat progressnya, meski pada akhirnya hanya KUBE Bima yang bertahan, dan dari 11 pendiri hanya lima yang tersisa, namun saat ini seiring perkembangan zaman perlahan keanggotaannya sudah mulai berkembang banyak seiring dengan progress yang dicapai.  

Masuknya program Kampung Berseri Astra pada 11 Agustus 2018 membuka lembaran baru. Mamik, salah seorang pentolan kelompok KUBE Bima, mengaku sempat ragu menerima tawaran CSR. “Kami anggap ini program korporasi yang jauh dari kebutuhan kami sehari-hari. Baru setelah tim Astra Solo datang, kami baru memahami komprehensinya,” ujarnya. Pernyataan senada juga datang dari Suraji yang menyatakan bahwa “Pendampingan dari Astra tidak sekadar dana, melainkan penguatan empat pilar, kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan lingkungan, yang berbaur dalam semangat gotong royong.” paparnya. 

Menurut Suraji Ketua Pokdarwis sekaligus Salah satu ketua RT di Butuh Sidowarno menambahkan “Di bidang kesehatan, Posyandu kita gerakkan ulang. Pengrajin dan keluarga kini rutin cek status gizi anak dan lansia. “Pilar ini menjaga stamina pengrajin agar tenaga dan konsentrasi mereka tetap optimal saat menatah kulit,” terang Suraji. Posyandu juga menjadi ruang sosialisasi pola hidup bersih, mencegah penyakit kulit yang kerap menghantui pekerja tatah sungging.  

Pendidikan bukan sekadar urusan sekolah. Tim Astra juga menggandeng guru dari Pokdarwis, PAUD dan SD untuk menggelar pelatihan membuat wayang mini dan tari topeng. Anak-anak terlibat proses kreatif, membangun kecintaan pada budaya lokal sekaligus mengurangi screen time hp. Suraji bangga melihat generasi muda berani tampil di panggung sekolah dengan tayangan wayang buatan sendiri. “Mereka bukan hanya penonton, tapi kelak generasi penerus pengrajin,” ujarnya.  

Aspek wirausaha menjadi poros perubahan terbesar. Sebelum ikut program, setiap perajin jalan sendiri, produksi, pemasaran, hingga keuangan terpisah. Astra memfasilitasi pertemuan rutin antar KUBE, membentuk skema kemitraan dan pembukuan terpadu. Suraji mengungkapkan, “Kami belajar menghitung modal, margin, dan harga jual. Kini produk tetap alami, tapi lebih terstruktur.” Pasar pun melebar, dari pasar lokal hingga pameran virtual, yang dikelola oleh admin kami.

Kesadaran lingkungan melengkapi kreasi. Limbah kulit menjadi peluang, sisa potongan diolah jadi gantungan kunci dan kaligrafi kulit. Desa Sidowarno kini memproduksi aneka kerajinan, mengurangi sampah, sekaligus menambah nilai jual. Winanto menegaskan, “Kami tidak ingin meninggalkan jejak polusi. Tradisi wayang ini harus lestari, untuk tanah, air, dan generasi mendatang.”  

Sinergi bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bengawan Solo Bersinar mengokohkan status Desa Sidowarno Wisata Wayang. Pokdarwis memetakan jalur kunjungan, menyusun paket wisata, dan menjalin kerjasama dengan homestay dan warga. Kerja bareng ini membuat Sidowarno dikenal bukan hanya sebagai kampung kerajinan, melainkan destinasi budaya lengkap. Pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan wayang, mencicip jamu tradisional, hingga belajar kaligrafi kulit di dukuh Butuh Sidowarno.

Sejak 2021, segudang prestasi telah diukir, Juara 1 Kompetisi Kampung Berseri Astra Superior, Juara 2 Kampungku Kebanggaanku, Juara Harapan 1 Virtual Exhibition, hingga Juara 1 KBA Inovasi. Penghargaan Anugerah Desa Wisata 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mengukuhkan Sidowarno di peta pariwisata nasional. Lebih dari itu, kemenangan-kemenangan itu mematri kepercayaan diri warga, menciptakan rasa memiliki bersama.  

Pengalaman Suraji menyiratkan satu hal, pendampingan yang tulus membuka pintu kolaborasi. “Program KBA (Kampung Berseri Astra) tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga membuka wawasan, jaringan pasar, dan kerja sama lintas sektor,” ujarnya. Dengan bimbingan intensif, mulai pelatihan teknis produksi hingga penyusunan artikel digital marketing, para perajin tak lagi sendirian menjajakan produk.  

Kini, setiap sudut desa bercerita. Di Omah Wayang, pendopo kecil tempat proses dekor kulit mentah dan paduan pigmen warna, wisatawan bisa merasakan langsung atmosfer kerajinan kuno yang dihidupkan kembali. Sementara di rumah berdinding anyaman bambu, keluarga perajin menyambut tamu dengan teh jahe hangat dan cepuk jamu racikan tradisional. Semuanya tersaji dalam paket edukasi yang dikurasi Pokdarwis. Etalase produk juga tersaji apik menampilkan beragam souvenir dan contoh produk wayang yang dibikin dan di simpan di Pendopo Omah Wayang.

Apa yang terjadi di Dukuh Butuh membuktikan kekuatan sinergi, masyarakat, korporasi, dan pemerintah mampu bersama-sama merajut masa depan. Suraji mengakhiri percakapan dengan harapan, “Kami ingin desa ini jadi model pengembangan budaya berbasis komunitas. Ke depan, anak-cucu kami menghidupi tradisi wayang tanpa kehilangan martabat dan peluang ekonomi.”  

Ipunk pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community memaparkan “Kini Dukuh Butuh telah bertransformasi, dari sekedar kampung kerajinan menjadi Desa Wisata Pengrajin Wayang. Langkah kecil bersama, dan hadirnya program Astra, serta semangat Pokdarwis mengantarkan Sidowarno pada panggung dunia. Semoga tradisi berakar ini terus lestari, meski sempat diterpa badai covid yang meluluh lantakkan perekonomian global, tetapi desa ini tak berhenti di masa lalu, mereka tetap optimis bangkit menatap masa depan dengan wayang sebagai kebanggaan lokal sekaligus aset wisata berkelanjutan.” terangnya.

Kedepan kami juga telah menjalin kerjasama dengan Pokdarwis Bengawan Solo Berseri pimpinan Suraji guna bisa terlibat bersama dalam upaya pengembangan wisata kami akan membawa kunjungan tamu ke desa ini guna bisa melihat langsung proses pembuatan wayang berikut segala potensi yang ada di dalamnya.” jelas Ipunk.

Akhirnya pertemuan silaturahmi kami dengan segenap pengurus Pokdarwis Suraji, Ketua RT Hartoyo dan beberapa anggota telah menambah perbendaharaan tentang sejarah desa, pengalaman, kearifan lokal dan keyakinan bersama untuk ikut bekerja sama dalam memajukan potensi desa wisata Sidowarno. Semoga langkah kecil ini bisa terus bersinergi harmonis kedepannya. 

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 
CHANEL7.ID 

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali

Workshop Kolaborasi Tanaman Pangan Alternatif Jali  KLATEN- ngantilalicaraneturu.com Kesan pertama melihat bulir jali seringkali...